jualan

jualan

SELAMAT DATANG DI BLOGGER MATERIAL & E-BOOK

Selamat datang rekan-rekan blogger dan pemerhati bidang material dan logam.
Website ini berisi semua hal yang berhubungan dengan material dan logam. Saya menyediakan informasi E-book khusus material dan logam yang cocok bagi para mahasiswa, dosen,peneliti dan pemerhati.

Khususnya rekan-rekan yang bekerja di Industri, riset dan development yang berhubungan dengan produk logam dan manufaktur serta korosi jika ada troubleshooting atau masalahteknis "Jangan segan-segan" untuk kontak saya.


Mohon melalui kontak e-mail saja, Insya Allah akan direspons

Dr. Eng. Gadang Priyotomo, ST, M.Si.
(Peneliti Material & Korosi)
Puslit Metalurgi dan Material (P2M2) -LIPI
Kawasan PUSPIPTEK Gd.474 Serpong Tangerang Selatan Banten Indonesia
HP. 0858-8863-6002
Pin. BB : 7ED20F5E

E-mail : gadangp@gmail.com atau onlinemtrl@gmail.com


Kamis, 11 Agustus 2011

Pengaruh Penambahan serbuk SiC dan Al2O3 terhadap sifat kekerasan Material berbasis Titanium

Jika rekan-rekan semua, ingin mendownload 1 Makalah saya secara gratis tentang Pengaruh Penambahan serbuk SiC dan Al2O3 terhadap sifat kekerasan Material berbasis Titanium, silahkan masuk ke link

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/212062530.pdf

Semoga terbantu...

Senin, 01 Agustus 2011

SEMINAR MATERIAL METALURGI 2011 (membuka kesempatan anda untuk join to paper atau participant)

Pendahuluan

Indonesia adalah Negara dengan sumber daya mineral yang melimpah. Ketersediaan sumber daya mineral non migas ini perlu disikapi dan dimanfaatkan dengan cara yang bijaksana, efektif dan efisien agar hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas melalui mekanisme pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan adanya suatu perhatian menyeluruh terhadap beberapa isu terkait seperti :

  • Industri hulu metalurgi
  • Mata rantai industri metalurgi
  • Penelitian bidang metalurgi yang mendukung peningkatan kemandirian industri metalurgi nasional

 Industri hulu metalurgi yang strategis dapat mempengaruhi peningkatan daya saing dan kemandirian industri nasional. Hal ini terwujud apabila mata rantai industri metalurgi dari hulu sampai hilir memiliki suatu sinergi yang berkesinambungan.

   
Lingkup kegiatan metalurgi dari hulu sampai hilir yang harus bersinergi secara berkesinambungan mencakup beberapa bidang seperti :

  
1. Metalurgi Ekstraksi

 
Pengolahan bijih mineral dari alam dan sumber alternatif lain menjadi logam dan produk berharga lainnya.

 
2. Metalurgi Fisik dan Manufaktur

 
Pengerjaan logam menjadi produk akhir maupun produk antara dalam suatu industri.

 
3. Konservasi Bahan (Korosi)

  
Penanggulangan kerusakan pada bahan atau logam yang diakibatkan oleh lingkungan atau kondisi operasi penggunaannya.

 
4. Rekayasa Metalurgi

 
Kegiatan perencanaan, desain, rekayasa, pembuatan dan pengoperasian peralatan proses metalurgi yang telah selesai  tahap penelitian dan pengembangannya serta siap untuk digunakan oleh industri dan masyarakat luas.

 
5. Material Maju (Advacend Material)

 Mendukung industri masa depan yang memerlukan material baru.

 
Tujuan Kegiatan

 
Memberi wadah bagi penyampaian ide, gagasan, solusi dan diskusi bagi permasalan dan kemajuan industri nasional, khususnya industri berbasis metalurgi.

 

 

 
Memberi pedoman masukan bagi aspek penelitian di bidang metalurgi nasional yang sejalan dengan tuntutan industri nasional.

 
Tema SMM 2011

 "Peran Riset Material Metalurgi untuk Meningkatkan Kemandirian Industri Nasional"

 
Waktu dan Tempat

 Kegiatan Seminar Material Metalurgi 2011 akan dilaksanakan pada :

 
Hari / Tanggal : Kamis, 3 November 2011

 
Tempat : Gedung Graha Widya Bhakti

 
Kawasan Puspiptek - Serpong Tangerang Selatan

 

 Tanggal Penting
30 September 2011 :
Batas pengiriman extended abstract dan full paper
12 Oktober 2011 :
Pengumuman hasil seleksi presentasi poster
21 Oktober 2011 :
Pengembalian revisi full paper dari peserta
31 Agustus 2011 :
Batas waktu pembayaran pendaftaran awal bagi pemakalah dan peserta pendengar

Pendaftaran

Formulir pendaftaran dapat diunduh di halaman Formulir & Download untuk kemudian diisi dan dikirimkan melalui email Panitia SMM 2011 atau mendaftar secara online dengan mengisi formulir pendaftaran di halaman Formulir & Download.
Biaya yang dikenakan untuk mengikuti SMM 2011 :

1. Pendaftaran pemakalah hingga 31 Agustus 2011
Satu makalah pertama = Rp. 125.000,-

Makalah kedua dan seterusnya untuk penulis pertama yang sama = Rp. 75.000,-/makalah.

2. Pendaftaran pemakalah setelah 31 Agustus 2011 hingga 21 Oktober 2011

Satu makalah pertama = Rp. 150.000,-

Makalah kedua dan seterusnya untuk penulis pertama yang sama = Rp. 100.000,-/makalah.

3. Peserta Pendengar

Peneliti/Dosen = Rp. 100.000,-

Industri = Rp. 150.000,-

Mahasiswa gratis (tempat terbatas)

Catatan untuk mahasiswa, mengirimkan surat keterangan dari PRodi/Jurusan melalui email sekretariat SMM 2011 atau melalui fax ke nomor (021) 7560553. Contoh surat keterangan dapat di download di halaman Formulir & Download.

Kontak

Informasi lebih lanjut dan konfirmasi mengenai pendaftaran dan pembayaran dapat menghubungi:

Lia Andriyah : (0815 74806 007)
Ahmad Royani : (0852 80404 555)

Pusat Penelitian Metalurgi - LIPI
Gedung 470, Kawasan PUSPIPTEK

Serpong - Tangerang Selatan 15314
Telp : (021) 7563205, 7560911
Fax : (021) 7560553

Email : seminarmaterialmetalurgi@yahoo.com

Ingin mengetahui lebih lanjut silahkan buka website :
http://smmlipi.co.cc












21 Oktober 2011 :



Batas akhir pembayaran pendaftaran bagi pemakalah dan peserta pendengar





 

Sabtu, 30 Juli 2011

Bila INDONESIA ingin maju dalam Ilmu dan Teknologi seperti Negara Malaysia,India atau Jepang, berdayakan Lembaga Riset seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia



(Artikel berjudul : BERDAYAKAN LIPI)
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) tak akan terpisahkan dari peradaban manusia. Kemajuan yang dicapai sejumlah negara, seperti Amerika, negara-negara Eropa, Jepang, dan Korea Selatan, tak lepas dari ketekunan mengembangkan dan memajukan iptek. Semua itu terkait perhatian yang serius terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang andal.

Kesadaran tersebut sesungguhnya telah dimiliki pemerintah saat ini dan dibuktikan dengan alokasi anggaran minimal 20 persen APBN bagi pendidikan. Hanya saja, setelah hampir tiga tahun berjalan, hasilnya belum sepenuhnya terlihat. Perlu ada realokasi anggaran agar dana sekitar Rp 200 triliun bisa betul-betul bermanfaat untuk memajukan pendidikan nasional.
Salah satu bidang yang seharusnya mendapat perhatian lebih adalah riset. Kita memiliki Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta lembaga pemerintah non-departemen sejenis. Dari semua kementerian dan lembaga yang terkait dengan bidang penelitian dan pengembangan (litbang atau research and development/RdanD), LIPI seharusnya menjadi lembaga terdepan. Semua jenis ilmu pengetahuan, baik sosial maupun nonsosial, pasti dikaji di LIPI. Tak hanya dikaji, tetapi juga dikembangkan sampai ke tahap aplikasi. Kita tentu ingat “marlip” (marmut LIPI), sebuah mobil buatan lembaga ini yang diperkenalkan tahun 2005. Kalau rancangan itu terus dikembangkan, bukan tidak mungkin kita bisa bersaing dengan negara-negara pengekspor mobil lainnya. Masih banyak hasil kajian dan temuan lain yang seharusnya bisa dimanfaatkan berbagai institusi di negeri ini dari LIPI. Sayangnya, banyak kajian lembaga ini yang tak dipakai, bahkan dilirik pun tidak. Kondisi ini tentu menyedihkan di tengah pernyataan pejabat tentang pentingnya memajukan iptek.

Setidaknya ada empat hal yang membuat peran LIPI belum optimal. Pertama, minimnya anggaran LIPI dan juga anggaran penelitian secara umum. Rata-rata setiap tahun LIPI memperoleh anggaran Rp 500 miliar sampai Rp 600 miliar. Sedangkan, Kemristek mendapat anggaran sekitar Rp 500 miliar. Jumlah itu jelas sangat minim bila dibandingkan dengan anggaran Kementerian Agama yang dinilai banyak kalangan gagal membangun sikap toleran dalam kehidupan berbangsa. Anggaran LIPI hanya sekitar 2 persen dari anggaran Kementerian Agama yang kini mencapai Rp 31 triliun. Lebih menyedihkan lagi bila kita bandingkan dengan anggaran penelitian sejumlah negara. Pada 2010, Amerika memiliki anggaran penelitian US$ 400 miliar, Jepang dan Tiongkok US$ 200 miliar, India US$ 40 miliar, dan Indonesia hanya US$ 0,4 miliar.

Dari perbandingan itu jelas Indonesia tertinggal dalam pembangunan bidang iptek. Apabila pemerintah sungguh ingin memajukan iptek, tak ada rumus lain kecuali menaikkan anggaran penelitian secara signifikan. Peluang memperbesar anggaran bidang iptek terbuka apabila pemerintah dan DPR lebih jeli mengalokasikan APBN. Ada banyak program sosialisasi yang bisa dipangkas dan anggarannya dialihkan ke LIPI dan Kemristek.

Kedua, minimnya penghargaan terhadap peneliti. Indonesia dikenal sebagai negara yang kurang memperhatikan nasib peneliti dan ilmuwan. Indikator utamanya adalah penghasilan. Mengutip pernyataan Wakil Kepala LIPI Endang Sukara, di luar negeri gaji peneliti sekitar Rp 45 juta sampai Rp 90 juta per bulan. Di Indonesia, tunjangan fungsional peneliti setingkat profesor tidak lebih dari Rp 1,5 juta. Sedangkan, gaji profesor riset hanya Rp 4 juta per bulan dan peneliti madya di bawah Rp 4 juta per bulan. Dengan penghasilan sebesar itu, banyak peneliti dan ilmuwan yang lari ke luar negeri (brain drain). Bila gaji penegak hukum dan aparat pajak bisa dinaikkan signifikan, gaji peneliti pun seharusnya bisa didongkrak agar mereka lebih tenang bekerja untuk memajukan bangsa.

Ketiga, belum adanya kesadaran terhadap pentingnya kajian ilmu pengetahuan secara menyeluruh dalam proses pembuatan kebijakan. Banyaknya kebijakan yang selama ini tidak visioner dan bermanfaat bagi rakyat disebabkan minimnya keterlibatan LIPI dan peneliti kampus. Ada kesan kuat, berbagai kementerian dan instansi pemerintah sengaja tidak mau melibatkan LIPI dan kampus karena kuatnya vested interest. Para penyelenggara negara hendaknya menyadari dampak buruk dari kebijakan yang salah, jauh lebih dahsyat daripada korupsi.

Keempat, terkait hal itu perlu dilakukan sinergi lembaga penelitian, khususnya yang ada di berbagai kementerian, kampus, dan pemerintah daerah. LIPI bisa berperan mengkoordinasi berbagai lembaga penelitian yang ada, sehingga bisa saling melengkapi dan tidak tumpang tindih. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan dijalin kerja sama dengan industri-industri nasional dalam upaya memberi nilai tambah terhadap setiap produk yang dihasilkan. Tak hanya di bidang sosial, LIPI juga memiliki pakar sains. Bila Indonesia ingin maju, berdayakan LIPI!

Tajuk Rencana
SUARA PEMBARUAN
Rabu, 30 Maret 2011

Minggu, 06 Maret 2011

Nilai Uang Beasiswa Jepang MEXT (monbukagakusho) turun mulai April 2011

Rekan-rekan penerima beasiswa MEXT atau calon penerima sebaiknya harus tahu tentang info ini. Pemerintah Jepang mulai bulan April 2011 menurunkan nilai uang beasiswa perbulan yang diterima oleh mahasiswa dengan kisaran tertinggi 5000 yen. Cukup lumayan besar kalau dikonversikan ke rupiah sekitar Rp.600.000,-. 
Nilai uang beasiswa MEXT yang terbaru mulai bulan April 2011 sebagai berikut :


1. Undergraduate Student   ---------------->>>  ¥123.000
2. College of Technology Students  -------->>>  ¥123.000
3. Specialized Training College Students  -->>>  ¥123.000
4. Japanese Studies Students -------------->>>  ¥123.000

(Research Students, Teacher Training Student)


1. Research Students, Non-Degree Students  --------->>> ¥150.000
2. Master`s Course ----------------------------------->>> ¥152.000
3. Doctoral Course ----------------------------------->>> ¥153.000

Young Leaders`s Program Students ------------------->>> ¥250.000

Semoga bermanfaat info yang saya berikan kemudian sebagai bahan pertimbangan rekan-rekan yang akan mendaftar sekolah ke negeri Jepang.

Tidak semuanya perlu harus MOU saat mendapatkan Beasiswa MEXT U to U

Sebenarnya yang menjadi kendala saat mendaftar beasiswa Monbukagakusho U to U adalah adanya MOU antara universitas di Indonesia dengan di jepang. Memang penting untuk suatu penilaian saat seleksi di tingkat Universitas, namun hanya bagian dari 'scoring' saja, bukan yang "utama". Yang penting adalah rekommendasi dari professor di jepang, bidang kita sesuai, IPK kita bagus saat S1 atau s2, Proposal riset kita OK di mata Professor. Kadang-kadang, pernah punya temen di forum dimana dia itu "Jobless" bisa dapat beasiswa Monbukagakusho U to U, atau juga teman dimana universitas dia di indonesia nggak punya MOU dengan universitas yang akan dia sekolah di jepang. Namun cukup rekomendasi professor di universitas dia di indonesia aja sudah cukup kok.Di jepang, Masing-masing Universitas dikasih jatah penerima beasiswa oleh pemerintah jepang baik universitas nasional, publik, atau swasta, jadi tenang aja, kesempatan makin banyak dibandingkan G to G. Toh juga uang per bulannya juga sama kok.Jadi kesimpulan adalah :1. Jangan jadikan MOU itu suatu hambatan utama untuk dapat beasiswa versi U to U.2. Percayalah beasiswa Monbukagakusho U to U, kesempatan untuk dapat almost 60 persen lebih dibandingkan G to G.3. saya sarankan lewat Program U to U saja, jangan G to G. Karena program G to G, untuk graduate saja kuota cuma 50 orang ( S2 + S3), sedangkan yang daftar aja se-nusantara indonesia bisa ratusan orang.