jualan

jualan

SELAMAT DATANG DI BLOGGER MATERIAL & E-BOOK

Selamat datang rekan-rekan blogger dan pemerhati bidang material dan logam.
Website ini berisi semua hal yang berhubungan dengan material dan logam. Saya menyediakan informasi E-book khusus material dan logam yang cocok bagi para mahasiswa, dosen,peneliti dan pemerhati.

Khususnya rekan-rekan yang bekerja di Industri, riset dan development yang berhubungan dengan produk logam dan manufaktur serta korosi jika ada troubleshooting atau masalahteknis "Jangan segan-segan" untuk kontak saya.


Mohon melalui kontak e-mail saja, Insya Allah akan direspons

Dr. Eng. Gadang Priyotomo, ST, M.Si.
(Peneliti Material & Korosi)
Puslit Metalurgi dan Material (P2M2) -LIPI
Kawasan PUSPIPTEK Gd.474 Serpong Tangerang Selatan Banten Indonesia
HP. 0858-8863-6002
Pin. BB : 7ED20F5E

E-mail : gadangp@gmail.com atau onlinemtrl@gmail.com


Minggu, 27 Juli 2008

Fungsi Blog di mata peneliti

Blog Merupakan sarana atau media untuk menyampaikan informasi melalui teknologi informasi. Informasi sangat penting untuk melakukan kegiatan secara terarah dan sistematik sehingga output optimal tercapai
Tugas kami
melaksanakan kegiatan penelitian, pembinaan dan peningkatan kemampuan masyarakat umum dan industri, serta mendayagunakan hasil penelitian di bidang material metalurgi melalui media Blog ini.

LIPI EXPO 2008

100 tahun Kebangkitan Nasional : Gelar 100 Invensi

Era Globalisasi saat ini ditandai dengan makin meningkatnya persaingan ekonomi, membanjirnya barang dan jasa berteknologi baru dari negara-negara industri. Rendahnya kemampuan mengembangkan kapasitas iptek di dalam negeri, terutama yang berkaitan dengan industri strategis bagi bangsa Indonesia dalam bidang pangan, energi, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, pertahanan, kesehatan dan obat-obatan menjadikan Indonesia di bawah pengaruh negara-negara maju. Untuk itu perlu dibentuk kesadaran publik secara luas akan pentingnya Indonesia membangun kemampuan sendiri untuk memenuhi kebutuhan nasional melalui pengembangan kapasitas iptek.

LIPI mempunyai tiga tanggung jawab, yaitu tanggung jawab kepada masyarakat akademia, tanggung jawab kepada stakeholders, dan tanggung jawab kepada masyarakat secara luas. Tanggung jawab terhadap stakeholder perlu diberi perhatian khusus, terkait adanya kepentingan timbal balik, guna memperoleh kemampuan yang lebih baik dalam melaksanakan kedua tanggung jawab lainnya. Dalam rangkaian proses pelaksanaan kegiatan kompetitif LIPI, dilakukan suatu tahapan evaluasi atas prestasi yang telah dicapai. Capaian prestasi unggulan tersebut diharapkan dapat menambah kepercayaan masyarakat dan stakeholders kepada LIPI terhadap penelitian yang dilakukan.

Pengukuran kinerja lembaga ilmiah, khususnya LIPI, dari sudut sumbangan ilmiah yang dihasilkan dalam suatu kurun waktu tertentu penting untuk ditampilkan. Penampilan hasil akan dapat memberikan pemahaman peran penting temuan dan terobosan ilmiah dalam memberikan landasan solusi pemecahan masalah yang dihadapi suatu bangsa berdaulat dalam cakupan sistem ekonomi, ekologi, sosial maupun budaya.

Dalam rangka memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional, 10 windu Sumpah Pemuda, 10 tahun Reformasi, dan Ulang Tahun LIPI ke 41 pada Agustus 2008, LIPI akan memaparkan hasil-hasil kegiatan penelitian dalam kurun waktu 2003-2007 yang dikemas dalam satu rangkaian gelar Expo. Gelar Expo yang rencana dibuka oleh Wakil Presiden RI diharapkan dapat masukan dari para stakeholders, baik dari kalangan cendekiawan, industriawan, maupun masyarakat.

GELAR 100 INVENSI
4-6 Agustus 2008
Puri Agung, Hotel Sahid, Jakarta


Sumber : http://intra.lipi.go.id/masuk.cgi?pengumuman&&&&2008&&1216709460

Jumat, 25 Juli 2008

Review of Stress Corrosion Cracking on SS

Generally austenitic stainless steels are susceptible for Stress Corrosion Cracking (SCC). The SCC of them (type 316 and type 304) was extensively investigated as functions of applied stress (σ), sensitizing temperature, sensitizing time, applied potential and environmental factors ( inhibitor, sensitizing time, pH, anion concentration, anion species and test temperature) by using a constant load method [1]. The change in the mechanism for SCC on AISI 304 austenitic stainless steel was investigated in 42wt% boiling saturated magnesium chloride solution by using a constant load method. Three parameters (time to failure; tf steady-state elongation rate ; iss and transition time at which a linear increase in elongation to deviate; tss) obtained from the corrosion elongation curve showed three regions ; stress – dominated, stress corrosion cracking dominated and corrosion – dominated regions [2]. AISI 304 are prone to microstructural changes when exposed to sensitization temperatures due to heat treatment. Precipitation of chromium carbide takes place along the grain boundary regions in the temperature range of 480oC to 815oC. These results in chromium depletion near the grain boundary, and the resultant grain –boundary region is susceptible to intergranular corrosion (IGC)[3]. The extent of which depends upon the degree of sensitization. The Cr depletion zone, while the Cr carbide would serve as an barrier of dislocation movement [4]. Nishimura demonstrated that the most severe SCC susceptibility took place at a sensitizing temperature of ~931 K (6600C) in hydrochloric acid solution[5]. Deformation of metastable austenite phase involves the formation of strain –induced ε α’-martensite[6]. Austenitic stainless steel can undergo phase transformation due to applied stress or hydrogen charging.

Reference:
[1] Rokuro Nishimura, Characterization and perspective of stress corrosion cracking of austenitic stainless steels (type 304 and type 316) in acid solutions using constant load method, Corrosion Science 49 (2007) 81–91
[2] O.Alyousif, R.Nishumura, The stress corrosion cracking behavior of austenitic stainless steels in boiling magnesium chloride solutions, Corrosion Science 49 (2007) 3040–3051
[3] Raghuvir Singh; B Ravikumar; A Kumar; P K Dey; I Chattoraj, The effects of cold working on sensitization and intergranular corrosion behaviour of AISI 304 Stainless Steel, Metallurgical and Materials Transactions; Nov 2003; 34A, 11; Academic Research Library pg. 2441
[4] G.E.Dieter, Mechanical Metallurgy. 2nd ed, McGraw-Hill 1976 p.195
[5] R Nishimura; I Katim; Y Maeda, Stress corrosion cracking of sensitized type 304 stainless steel in hydrochloric acid solutions- Predicting Time to failure and Effect of sensitizing Temperature, Corrosion; Oct 2001; 57, 10; ProQuest Science Journals.pg. 853
[6] Juho Talonen, Metallurgical and Materials Transactions; Feb 2005; 36A, 2; Academic Research Library pg. 421

Selasa, 22 Juli 2008

HUBUNGAN KANDUNGAN FASA DELTA FERRIT DAN KOROSI PADA LASAN BAJA TAHAN KARAT

ULASAN SINGKAT

Penyambungan logam dengan sambungan las merupakan bagian dari proses manufaktur yang sering diaplikasikan di dunia industri. Proses pengelasan merupakan penggabungan dua material atau lebih yang umumnya terdapat pada logam. Proses ini dilakukan dengan melelehkan benda kerja dan menambah material ”filler” untuk membentuk ikatan kuat antara logam. Dua hal yang harus diperhatikan dalam pengelasan baja tahan karat adalah memberikan kondisi bebas retak pada lasan ,dan menjaga lasan dan daerah ”heat-affected zone” (HAZ) memiliki sifat ketahanan korosi sama dengan logam dasar. Pengontrolan material ”filler”, input panas, permukaan lasan. dan menjaga prosentase delta-ferit di mikrostruktur lasan dapat meningkatkan ketahanan korosi [1].
Logam lasan baja tahan karat tipe austenit tipe 300 umumnya mengandung 2 – 10 % fasa delta-ferit agar supaya menghindari masalah retak akibat pembekuan[2]. Jumlah dan morfologi daerah delta-ferrite merupakan fumgsi rasio kimia lasan ( Creq/Nieq). Proses siklus pemanasan dan pendinginan cepat yang terjadi selama proses pengelasan mempengaruhi mikrostruktur dan komposisi permukaan lasan.[3]. Mikrosegregasi unsur krom dan molibdenum terjadi selama pembekuan dan pendinginan lasan pada baja tahan karat tipe 316. Proses mikrosgregasi ditemukan pada batas interfasa / [4,5].

Delta ferrite umumnya dikontrol untuk mencegah retak mikro pada lasan baja tahan selama pengelasan. Grafik untuk memprediksi prosentase delta-ferit dengan menggunakan diagram Schaeffler-DeLong . Delta-ferit mempunyai struktur bcc. Selama solidifikasi dan struktur bcc ditahan pada suhu ruangan. Delta ferit dikontrol oleh unsur krom, molibdenum, Niobium, silikon, nikel, karbon, nitrogen, mangan dan tembaga. Semakin tinggi prosentase delta-ferit, semakin mudah proses transformasi martensit terbentuk sehingga sifta keuletan rendah dan rentan retak.

Keberadaan delta-ferit pada lasan menyebabkan terjadinya korosi. Jika prosentase paduan delta ferit di bawah 2% cukup baik untuk fabrikasi namun paduan tersebut mengakibatkan retakan mikro selama pengelasan[6]. Pada proses pengelasan, keberadaan fasa ferit mempunyai kecenderungan membentuk fasa intermetalik getas seperti fasa sigma dibandingkan fasa austenit. Fasa sigma-ferit menyebabkan penggetasan di suhu ruang.Bentukan struktur mikro hasil lasan sama dengan pengecoran. Struktur memiliki bentuk dendrit kasar dengan ketidakhomogen kimia yang menyebabkan logam lasan bersifat anodik dan logam dasar bersifat katodik di lingkungan korosif. Keberadaan daerah anodik dan katodik memberikan kondisi korosi galvanik.

Kecenderungan terjadinya korosi batas butir terjadi di daerah HAZ (heat affected zone) dimana temperatur mencapai daerah austenisasi (>10500C). Korosi batas butir berhubungan dengan proses sensitasi di rentang suhu 425 to 815 °C. Proses sensitasi terjadi dengan pembentukan krom karbida di batas butir. Pembentukan karbida dihubungankan dengan kadar karbon di dalam baja tahan karat austenitik. Pendinginan secara perlahan setelah proses pengelasan memberikan kesempatan krom untuk bersegregasi ke batas butir dengan membentuk karbida sehingga proses sensitasi berlangsung. Proses pembentukan karbida maksimum pada suhu 6750C (12500F)[7]. Disisi lain jika dipanaskan kembali (reheating) untuk mengurangi tegangan sisa di kisaran suhu sensitasi, Kondisi sensitasi material akan terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hira Ahluwalia, Improving corrosion resistance through welding, fabrication methods, The FABRICATOR®, 2003
2. F. C. HULL, weld. J. 46 (1967) 399s.
3. M. G. PUJAR, R. K. DAYAL, Microstructural evaluation of molybdenumcontaining stainless steel weld metals by a potentiostatic etching technique, JOURNAL OF MATERIALS SCIENCE 33 (1998) Hal. 2691
4. O. HAMMAR and U. SVENSON, Solidification and Casting of Metals, The Metals Society, London, 1979, Hal. 401.
5. R. A. FARRAR, Stainless Steels 84, the Institute of Metals, London, 1986 Hal. 336.
6. John C. Tverberg, The Role of Alloying Elements on the Fabricability of Austenitic Stainless Steel, Metals and Materials Consulting Engineers,Hal.4
7. J.D. Fritz, Effects of Metallurgical Variables on the Corrosion of Stainless Steels, Corrosion: Fundamentals, Testing, and Protection, Vol 13A, ASM Handbook, ASM International, 2003

Kamis, 10 Juli 2008

Kebingungan para pelaku usaha, apakah tipe logam dengan standar X sama dengan standar Y ???

Masalah yang sepele namun ini cukup penting kita telaah bersama, kadang-kadang para pelaku usaha yang berkenaan dengan komponen material logam sering bingung dengan penamaan standar material. Kadang-kadang ada pertanyaan misalnya apakah material tertentu standar internasional amerika sama dengan standar inggris ???. Kadang -kadang ada suplier yang bersikeras ingin standar material tertentu, namun sebenarnya ekuivalen /identik dengan standar lainnya.
Keidentikan/kesamaan ini dapat kita lihat dari komposisi kimia unsur, sifat -sifat material lainnya (fisik, mekanik, korosi, dan lain-lainnya)
Kemudian kita bisa cocokan ke referensi yang telah ada.

Peran pihak ke-3, misalnya Peneliti yang memberikan penjelasan dengan bukti, data dan keilmiahan untuk menjelaskan ke pelaku usaha tersebut.

KOROSI RETAK TEGANG MATERIAL STAINLESS STEEL AISI 304 DI LINGKUNGAN MgCl2

Stress Corrosion Cracking on Stainless Steel AISI 304 in MgCl2 Environmet

"This Research of Master degree Thesis was conducted in Research Center for Metallurgy- Indonesian Institute of Sciences from February to May 2008. I would to thank to Prof. DR. Johny Wahyuadi.DEA at University of Indonesia as a supervisor" and also my colleagues in order to succeed my research technically"

ABSTRAK

Baja tahan karat jenis austenitik AISI 304 mempunyai kerentanan terhadap korosi retak tegang di dalam larutan korosif klorida. Baja tipe ini juga rentan terhadap temperatur sensitasi antara 5800C – 8150C. Kerentanan tersebut jelas terjadi pada korosi batas butir. Batas butir mengandung krom karbida. Kombinasi antara internal material logam dan lingkungan memberikan efek korosi retak tegang. Lingkungan MgCl2 merupakan lingkungan korosif yang berperan dalam jenis korosi ini.
Pengujian korosi retak tegang dilakukan dengan metode beban konstan (creep) melalui beban 20 kg/mm2, 25 kg/mm2, 30,5 Kg/mm2, dan 40 Kg/mm2 di larutan 42wt% MgCl2 bersuhu 1060C. Perlakuan material dibagi dua yaitu anil 11000C, tahan 1 jam, kemudian celup cepat air dan tanpa anil. Kedua perlakuan tersebut disensitasi (6000C,7000C,8000C). Pengujian kualitatif karbida, pengujian komposisi bulk, larutan uji (AAS), pengujian kekerasan Vickers, metalografi (foto makro) dan pengujian SEM EDS dilakukan.
Hasil menunjukkan pengujian kekerasan vickers pada suhu sensitasi 7000C mengalami penurunan berkisar 152,06 Hv (anil 11000C) dan 199,1 Hv (non anil 11000C) dibandingkan suhu sensitasi 6000C dan 8000C. Tren sama juga terjadi pada pengujian SCC beban konstan, pada temperatur sensitasi 7000C, waktu patah (tf) lebih pendek dibandingkan suhu sensitasi 6000C & 8000C di dua kondisi material berbeda. Waktu patah tercepat pada beban 25 Kg/mm2 3 detik di kondisi anil 11000C,suhu sensitasi 7000C dan terlama pada beban 30,5 Kg/mm2 86400 detik di kondisi tanpa anil,suhu sensitasi 6000C. Laju pemuluran (iss) tertinggi pada beban 25 kg/mm2 4,80 mm/detik di kondisi anil 11000C,suhu sensitasi 7000C dan terendah pada beban 30,5 Kg/mm2 3.10-8 mm/detik di kondisi tidak anil 11000C.
Bentuk patahan SCC berbentuk intergranular (tidak dianil 11000C). Bentuk patahan transgranular dengan banyak struktur dimple (void-void) nampak banyak di material anil 1100 berbagai suhu sensitasi. Prosentase peningkatan kelarutan Fe kedalam larutan uji antara 484% hingga 2050% , Kation Cr antara 750% hingga 3540%, dan Kation Ni hingga 110%.

ABTRACT


Austenitic Stainless steel (AISI 304) has a susceptibility of stress corrosion cracking inside corrosive chloride solution. This material also is susceptible from sensitizing temperature (5800C-8150C). This susceptibility of material clearly is undergone in intergranular corrosion. Grain boundaries contain chromium carbide. The combination of internal material and environment can contribute a great effect of stress corrosion cracking (SCC). MgCl2 circumstance have main role for SCC as corrosive solution.
SCC test was conducted with constant load method (creep) of 20 Kg/mm2, 25 Kg/mm2, 30,5 Kg/mm2, and 40 Kg/mm2 in 42 wt% MgCl2 solution and constant temperature of 1060C. Material treatment is divided two sides : (1) annealing process (11000C); holding 1 hour then quenching process and (2) without annealing. These two treatments were sensitized at 6000C, 7000C and 8000C. The qualitative test of carbide, the test of bulk chemical composition, solution test (AAS), Vickers hardness test, metallography, and SEM EDS test conducted.
Test results show Vickers hardness value on sensitizing temperature of 7000C that was undergone the decreasing of range 152,06 Hv (annealing of 11000C) and 199,1 Hv (non annealing) by comparing sensitizing temperature of 6000C and 8000C. The same trend also was happen at the test of SCC. On sensitizing temperature of 7000C fracture time (tf) is shorter than sensitizing temperature of 6000C and 8000C in two different material conditions. The shortest fracture time is happened at load of 25 Kg/mm2 that is tf of 3 seconds in annealing condition of 11000C and sensitizing temperature of 7000C. The longest fracture time is also happened at load of 30,5 Kg/mm2 that is tf of 86400 seconds without annealing process and sensitizing 6000C. The Highest Elongation rate (iss) at load of 25 Kg/mm2 is 4,80 mm/s in annealing condition of 11000C for sensitizing temperature of 7000C. The lowest one at load of 30,5 Kg/mm2 is 3.10-8 mm/s without annealing condition of 11000C.
The average shape of fracture of SCC is intergranular form without annealing process of 11000C. The shape of transgranular fracture with surface structure of dimples was undergone at annealing material of 11000C with various sensitizing temperatures. The increasing of dissolution percentage of Fe ions to test solution between 484% to 2050%, from 750% to 3540% (Cr ion), and up to 110% (Ni ion).